makalah pendampingan pastoral terhadap orang yang memiliki akar pahit
Nama
: Thresia Ampulembang
Kelas
: C Teologi Kristen
Nirm:
2020186252
Makalah penelitian tentang pelayanan pastoral bagi
orang yang memiliki akar pahit dalam hidupnya
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
belakang
Berdasarkan kitab Efesus
4:31-32 menyembuhkan kepahitan atau luka batin merupakan sebuah hal atau sebuah
Langkah yang benar dan sangat diperlukan dalam upaya penyembuhan atau pemulihan
dari rasa pahit yang mendalam. Orang-orang yang telah mengalami atau memiliki
luka batin dalam hidup, mereka seharusnya terbuka akan hal itu kepada
orang-orang disekitarnya bahwa akibat dari kepahitan atau luka batin yang
mereka pendam mereka merasa tersiksa akan hal itu. Ketika kita menyimpan
kepahitan dalam hidup kita, itu bukan membawa hal baik bagi kita melainkan
sebaliknya, ketika kita menyimpan hal pahit itu dalam hidup kita maka kita akan
mendapatkan kerugian besar dalam hidup kita. kepahitan yang kita pendam dalam
hidup kita bukan hanya akan menyebabkan penyakit terhadap rohani kita saja
namun juga akan menimbulkan penyakit secara jasmani. Terkadang ketika kita
memendam kepahitan atau luka batin dalam diri kita, itu akan menjadi sebuah
boomerang bukan hanya bagi diri kita melainkan berakibat bagi orang lain juga.
Terkadang orang yang menyimpan kepahitan menjadi sangat sensitif terhadap orang
lain sehingga terkadang menimbulkan sebuah perkara yang baru.
Di dalam alkitab kita dapat
menemukan penjelasan mengenai kepahitan khususnya dalam surat Paulus kepada
jemaat di Efesus. Paulus mengatakan bahwa menyimpan luka atau kepahitan dalam
diri kita atau bahkan dalam hidup kita merupakan hal yang tidak sepatutnya
dilakukan oleh orang-orang Kristen karena kita merupakan orang yang telah
menjadi manusia baru dan telah dibaharui oleh Kristus. Ketika kita masih
menyimpan luka dalam diri kita, maka kita masih merupakan manusia lama yang
belum dibaharui maka dari itu sebagai orang yang telah dibaharui kita harus
melepas segala luka batin atau kepahitan dalam diri kita, agar tidak menjadi
batu sandungan dalam hidup kita sebagai orang yang percaya. [1]
Kepahitan atau luka batin
merupakan sebuah sikap yang tidak melambangkan sifat seorang Kristen maka dari
itu sifat ini harus dijauhkan dari kehidupan orang-orang Kristen. Akar pahit
atau luka batin yang dialami seseorang merupakan sebuah akibat dari pengalaman
masa lalu atau hal-hal yang membuat orang kecewa besar di masa lampaunya
sehingga orang yang memiliki akar pahit ini memiliki rasa sakit hati yang
mendalam sehingga menimbulkan akar pahit dalam diri orang itu.
Akar pahit ini atau luka
batin dapat kita lihat dari sebuah kebencian atau dendam seseorang yang sudah
sangat mendalam di dirinya. Akar pahit ataau yang biasa dipahami sebagai luka
batin merupakan sebuah hal besar dalam
kehidupan yang dapat dialami oleh setiap orang. Hal ini merupakan sebuah hal
yang akan sangat mengganggu dalam kehidupan dan akan menjadi penghalang untung
mendapatkan kehidupan yang baik. [2]
B.
Latar
Belakang
1.
Apa pengertian
akar pahit?
2.
Apakah faktor
penyebab akar pahit?
3.
Bagaimana proses
pendampingan pastoral akar pahit?
C.
Tujuan
Tujuan dari makalah ini yaitu bagaimana kita bisa
mengetahui apa akar pahit itu dan juga bagaimana kita bisa memahami
pendampingan pastoral yang baik bagi orang yang memiliki akar pahit dalam
kehiduapnnya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Akar Pahit / Luka Batin
Di dalam Alkitab kepahitan dikenal sebagai racun
rohani. Kepahitan dalam diri seseorang merupakan sumber munculnya masalah pada
fisik dan rohani seseorang yang jika dihitung mungkin akan ditemukan dalam
jutaan bahkan mungkin tidak dapat terhitung dalam jiwa manusia sekarang ini. Di
dalam Alkitab dikatakan bahwa telah banyak orang yang diperdaya oleh rupa-rupa
kepahitan. Kepahitan terkadang menjadi suatu hal yang sulit untuk dikenali
karena kepahitan atau akar pahit ini merupakan suatu hal yang tidak terlihat. Banyak
dari orang yang mengatakan bahwa mereka tidak pernah membenci atau mereka
bukanlah pendendam, namun harus kita ketahui bahwa akar pahit bukanlah
menyangkut hal demikian. Banyak hal yang tidak dapat dilihat secara lahiriah,
tetapi dapat menetap didalam diri seseorang dan kepahitan itu merupakan sebuah
akar yang ada pada diri seseorang.
Kepahitan merupakan sebuah akar, maka dari itu akar
pahit ini akan sangat sulit kita dapati tidak seperti masalah-masalah yang
lainnya. Namun akar pahit ini bisa dikata dia adalah sebuah racun yang
mematikan, yang tinggal dalam diri orang yang memilikinya. Dan apabila kita
membiarkan akar pahit ini terus bertumbuh dalam diri kita, maka akar ini akan
menimbulkan sebuah masalah yang besar, dimana akan mengakibatkan seseorang
menjadi lebih sensitive bahkan juga menjadi orang yang mudah tersinggung. Sifat
alami emosi dan perasaan yang selalu berubah-ubah merupakan sesuatu yang tidak
selalu dapat dipahami secara lahiriah. Jika dalam diri seseorang ada akar
pahit, maka kepahitan itu haruslah dipotong sampai kepada akarnya dan haruslah
dibuang dari jiwa seseorang. Ketika kita ingin lepas dari akar pahit ini maka
kita harus memutuskan untuk membuang semua luka yang mengakibatkan munculnya
akar pahit dalam diri kita.
Dalam hidup setiap manusia tidak akan pernah terluput
dari yang Namanya konflik dan penderitaan. Terkadang kita sebagai manusia biasa
akan menghadapi konflik yang ringan bahkan kita akan mengalami konflik yang
berat dalam perjalanan hidup. Konfik yang berat ini merupakan pemicu timbulnya
atau munculnya akar pahit atau trauma dalam kehidupan seseorang. Orang-orang
yang memiliki akar pahit dalam hidup mereka cenderung menjadi seseorang yang
akan sangat sulit membangun hubungan yang baik terhadap lingkungan sekitarnya,
bahkan akar pahit ini juga dapat membuat orang menjadi ingin selalu sendiri,
mereka akan merasa nyaman ketika berada pada posisi sepi. [3]
B. Faktor penyebab akar pahit
Allah merupakan pencipta yang menciptakan segala
sesuatu itu baik, maka dari itu dijelaskan bahwa manusia bukan diciptakan bukan
karena adanya luka batin. Manusia diciptakan bukan hanya daging melainkan Allah
menciptakan manusia dengan roh. Ketika dikatakan manusia maka mereka memiliki
daging dan jiwa. Luka batin atau akar pahit itu menyerang bagian jiwa dalam
diri manusia. Adapun beberapa faktor penyebab luka batin :
·
Masa dalam
kandungan
Ketika seorang
ibu sedang mengandung maka ia memiliki ikatan yang sangat kuat dengan bayinya,
apapun yang dilakukan ibunya atau apapun yang dikonsumsi oleh sang ibu maka itu
akan menjadi asupan bagi sang bayi. Jadi seorang anak yang berada dalam
kandungan akan dapat merasakan penolakan atau bagaimana dia diterima oleh orang-orang
dari sekitarnya. Maka dari itu ketika sang bayi merasakan penolakan itulah yang
akan menyebabkan luka batin baginya.
·
Masa kelahiran
Walaupun saat
kelahiran merupakan saat-saat yang singkat tetapi itu bukan suatu hal yang
dapat menghilangkan luka batin atau pada masa singkat itu pun tidak akan luput
dari luka batin. Ketika dalam proses kelahiran ada proses yang sulit hal itu
dapat menjadikan anak menjadi kurang percaya diri dan terkadang menjadi anak
yang selalu merasa bersalah. Atau bahkan anak yang lahirnya premature, itu akan
menjadikan anak merasa minder, merasa harus selalu bergantung pada orang lain
dan bahkan anak akan merasa tidak berdaya.
·
Masa bayi
Ketika anak
masih terlampau kecil atau masih bayi dan orang tua malah sibuk dengan kegiatan
masing-masing kemudian menitipkan bayi pada pengasuh atau pada orang lain, hal
ini akan cenderung mengakibatkan anak akan selalu mencari perhatian dari orang
lain, karena dari mereka kecil sudah tidak terlalu diperhatikan sehingga mereka
akan mencari kekurangan itu pada diri orang lain, pada masa ini akan sangat
mudah bagi kita untuk melihat luka yang diakibatkan oleh hal tersebut.
·
Masa kanak-kanak
Masa kanak-kanak
merupakan masa yang rentan bagi seseorang untuk mendapatkan luka batin atau
kepahitan dalam hidupnya. Pada masa ini seseorang akan mudah trauma terhadap
sesuatu hal yang dialami. Sehingga itu bisa menjadi sebuah akar pahit baginya
dan terkadang hal ini akan berlangsung pada waktu yang lama
·
Masa remaja/masa
dewasa
Masa
remaja/dewasa pun menjadi masa yang dapat menjadi akar dari luka batin.
Contohnya ketika seseorang mengalami pemerkosaan itu akan menjadi akar pahit
dalam dirinya, bahkan ada Sebagian orang yang karena sudah tidak dapat berfikir
jernih dan sudah bingung untuk melepaskan akar pahit ini sehingga lebih memilih
untuk bunuh diri. [4]
C. Proses pendampingan pastoral
Pendampingan
pastoral merupakan suatu jawaban atau suatu hal yang dapat membantu seseorang
untuk mengalami kesembuhan, topangan, bimbingan dan pendamaian terhadap segala
pergumulan yang ia hadapi. Pendampingan pastoral merupakan sebuah hal yang
sangat dibutuhkan oleh orang-orang yang memiliki akar pahit agar bisa
mengalami kesembuhan dan menghilangkan
akar pahit dalam diri mereka.
Adapun proses
pendampingan yang dapat kita lakukan bagi orang yang mengalami akar pahit yaitu
:
·
Bagaimana kita
tetap bersikap dan menjaga kontak mata dengan,sehigga orang yang kita damping
mengetahui bahwa kita sedang berusaha memahami dunia batinnya
·
Kita meminta
kepada konseli untuk berbicara tentang soal yg penting dengan pertanyaan
terbuka dengan komentar yang singkat atau ddengan isyarat badan
·
Dalam
mendampingi kita harus mendengarkan dan mengamati dengan hati-hati pesan non
verbal yang disampaikan oleh klien
·
Mengikuti jalan
cerita yang diceritakan klien.sehingga dapat mengetahui bahwa kita sedang
memahami dunia batinnya
·
Memberikan
tanggapan empatik dari perasaan dan dan masalah yang penting dan apa maknanya
bagi konseli
·
Memahami
makna,persoalan yang dialami oleh klien
·
Memberikan
pemahaman yang positif terhadap konseli [5]
D. Akibat dari akar pahit
Jika sseseorang memiliki akar pahit dalam hidupnya
maka akan menimbulkan berbagai macam penyakit bagi dirinya. Di
dalam kitabAmsal 17:22 dikatakan bahwa hati yang
gembira adalah
obat yang manjur, tetapi semangat yagng patah mengeringkan tulang. Artinya
membuat wajah tidak berseri-seri , merasakan bahwa tidak adalagi pengharapan
yang bisa diraih.
Secara
rohani ketika seseorang memiliki akar pahit dalam dirinyaa itu akan menimbulkan
atau menyebabkan seseorang akan susah untuk berdoa kepada Tuhan. Orang-orang
yang mengalami kepahitan tidak akan mengasihi Tuhan dengan sungguh-sungguh
dalam hati mereka, dan terkadang mereka akan sulit untuk mengerti dan memahami
bahwa diri mereka itu merupakan suatu yang berharga. Hal-hal inilah yang akan
mengakibatkan rencana-rencana Tuhan tidak akan terjadi dalam hidup mereka
secara sempurna. Terkadang mereka sudah sangat terlarut atau tenggelam dalam
kepahitan mereka sehingga mereka sudah tidak melihat lagi hal-hal baik dan unik
yang sedang tuhan kerjakan bagi mereka.
Saking
terlarutnya dengan kepahitan yang mereka alami sehingga mereka terkadang sudah
tidak menerima jalan kehidupan mereka bahkan mereka sudah tidal lagi mengucap
syukur dalam kehidupan mereka, orang yang mengalami kepahitan akan cenderung
merasa kehilangan pengharapan dalamya hidup mereka. Hilangnya pengharapan
mereka diakibatkan karena tekanan, depresi, rasa trauma dan ketika mereka tidak
dapat lagi mengendalikan diri ketika menghadapi kepahitan dalam hisup mereka[6]
BAB III
Hasil Penelitian
Penelitian
tentang pelayanan Pastoral terhadap kaum yang
memiliki akar pahit ini dilakukan di sebuah Gereja Toraja khususnya di sebuah desa di Masamba. Adapun
jemaat ini terdiri dari 96 KK , dan 10 Majelis gereja serta dipimpin oleh satu
Pendeta. Adapun yang menjadi
subjek dalam penelitian tersebut ialah jemaat
yang memiliki pengalaman buruk sehingga menimbulkan akar
pahit dalam dirinya dan menjadi sebuah trauma bagi dia.Oraang yang memiliki
akar pahit ini merupakan pemuda di jemaat itu, dia adalah seorang mahasiswa di
sebuah perguruan tinggi yang memiliki seorang adik, dan mereka hanya hidup
beersama seorang nenek karena orang tua mereka yang bercerai.
Berdasarkan
hasil pengamatan dan wawancara yang dilakukan
dengan beberapa masyarakat yang berada dilingkungan dimana pemuda ini tinggal, di
ketahui bahwa pada awalnya masyarakat setempat bahkan anggota Jemaat tidak
mengetahui dan menyadari bahwa dia
memiliki pengalam buruk sehingga dia menyimpan akar pahit dalam dirinya.
Hal ini disebabkan oleh karena tidak adanya keterbukaan dari pemuda initerhadap lingkungannya.
Selain daripada itu pola kehidupan atau pola sosialisasi mereka juga berlangsung
seperti masyarakat yang lainnya sehingga, masyarakat setempat tidak menyadari
bahwa pemuda inimemiliki sebuah problem yang besar.
Adapun
pemuda tersebut diketahui
bahwa ia merupakan seorang yang
memiliki akar pahit pada saat beberapa masyarakat
setempat, dimana masyarakat tersebut adalah orang-orang yang rumahnya
berdekatan yang berkumpul hanya sekedar untuk minum-minum saja. Lokasi mereka
berkumpul juga tidak berjauhan dari rumah pemuda
ini. Dari beberapa
masyarakat yang berkumpul pada saat itu terdapat juga seorang anak remaja yang
berinisial L yang duduk di bangku SMP yang mana merupakan adik sepupu sang pemuda,
yang ikut dalam perkumpulan tersebut. Anak Remaja yang berjenis kelamin
laki-laki inilah yang pada awalnya menceritakan atau membongkar bahwa ada hal aneh yang ia dengar dari seorang pemuda ini,
dimana dia mengatakan bahwa pemuda ini terkadang berteriak sekencang-kencangnya
ketika berada di tempat yang sepi, bahkan ia mengatakan bahwa dia pernah
melihat pemuda itu hampir saja melakukan Tindakan bunuh diri tetapi dia masih
belum berani mengatakannya kepada orang lain. Dalam keadaan mabuk anak remaja tersebut
menceritakan kepada orang-orang yang ada pada saat itu tentang apa yang
dilakukan sang kakak ketika sedang
dalam suasan hati yang buruk dan kembali mengingat pertengkaran orang tuanya
yang sangat membekas. Berdasarkan cerita dan pengakuan
dari L ini, dikethui bahwa L sudah
sering memperingatkan sang kakak tetapi selalu saja tidak berhasil. Diketahui
bahwa ternyata sang kakak pernah mengalami masa sulit dimana sang kaka melihat
orang tua yang bertengkar ketika ia
masih berumur belia,sehingga ketika ia mengingat hal itu, dia menjadi
trauma dan selalu berteriak sekencang-kencangnya untuk melampiaskan emosinya. L
mengaku bahwa alasan mereka tinggal bersama
neneknya itu karena orang tua L yang pergi merantau dan orang tua kakaknya yang
sudah bercerai dan sudah tidak pernah memberikan kabar kepada keluarga dan
meninggalkan kakaknya tinggal bersama dengan nenek mereka yang sudah sangat
tua. Dengan adanya kejadian tersebut, berita tentang permasalahan yang dipendam oleh kakak L menjadi
tersebar di kalangan masyarakat dan membuat sang kakak mejadi orang yang
tertutup.dan pada akhirnya para majelis pun juga mengetahui permasalahn itu.Adapun
tindakan yang diambil oleh Majelis Jemaat pada saat itu ialah mencari kebenaran
akan informasi tersebut, dimana mereka mengunjungi pemuda itu dan juga adiknya dan nenek mereka
dan menanyakan langsung mengenai hal tersebut. setelah mereka mendapatkan
informasi yang jelas, mereka (Majelis Gereja) langsung mengadakan pertemuan dan
membicarakan hal tersebut. Melalui kesepakatan bersama mereka lalu mengunjungi pemuda dan adiknya tersebut
dan melakukan pelayanan pastoral terhadap orang itu dengan alasan bahwa jangan
sampai hal tersebut menjadi batu sandungan dalam diri sang pemuda dan akan menimbulkan hal-hal yang tidak dikehendaki.
Hal ini, diterima dengan baik oleh pemuda
itu, bahkan dengan sendirinya ia meminta untuk dibantu melepaskan akar pahit yang dialaminya.
Dengan
demikian maka dapat dilihat bahwa seorang yang
memiliki akar pahit dalam dirinya mau dibimbing dan
ditolong agar ia dapat meninggalkan hal
yang membuat dia menderita tersebut. Dimana dalam
hal ini dapat dilihat dari cara ia menerima pelayanan yang dilakukan oleh
Majelis Gereja terhadap dirinya bahkan, ia mengatakan bahwa dirinya sangat
besyukur karena gereja ternyata tidak tinggal diam akan masalah yang
dihadapinya, melainkan gereja mau terlibat dan menolong dirinya dalam
menghadapi masalah tersebut. Pemuda ini menyadari
bahwa menyimpan
dendam itu merupakan suatu perbuatan yang tidak dikehendaki oleh Allah,
dan gereja mestinya terlibat di dalam mengatasi perilaku tersebut yang
seharusnya tidak dilakukan. Namun, dari pendapatnya, tentang memendam akar pahit itu sangat berbeda
dengan apa yang dilakukannya. Dimana dalam hal ini, ia menyadari bahwa menyimpan akar pahit itu
merupakan suatu perbuatan yang salah namun
ia tetap juga melakukannya dengan
alasan
bahwa ia tidak dapat melampiaskan
atau tidak memiliki orang yang dekat dengannya untuk menceritakan semua
masalahnyaMenyimpan atau memendam akar pahit dalam diri kita apalagi kita
sebagai orang yang telah dibaharui oleh kristus merupakan sebuah hal yang salah,
dalam hal ini dapat dikatakan bahwa perilaku tersebut merupkan suatu perilaku
yang menimbulkan ketidak
percayaan kita terhadap pertolongan Tuhan. Jika kita
melihat dalam Alkitab di dalam “Efesus 4 :31-32” Paulus mengatakan bahwa menyimpan kepahitan bukanlah sifat dari dari seorang manusia baru yang
telah dibaharui dalam Kristus, tetapi itu adalah sifat dan sikap dari manusia
lama, oleh karenanya harus dibuang diantara orang Kristen.
Jika dilihat dari teori Abineno, dimana ia mengatakan bahwa pelayanan pastoral
itu merupakan suatu pelayanan pemeliharaan jiwa yang dilakukan melalui
penggembalaan dalam konseling pastoral, maka orang-orang yang memiliki akar pahit atau sering dikatakan sebagai luka
batin juga semestinya mendapatkan pelayanan tersebut.
akan tetapi pelayanan pastoral yang dilakukan tidak dapat dilakukan dengan
memaksakan pelayanan terhadap seseorang tanpa adanya kemauan atau persetujuan
dari konseli untuk mendapatkan pelayanan pastoral.
Jika
melihat ketersediaan dari pemuda ini untuk
menerima pelayanan Pastoral, maka hal ini menjadi peluang bagi seorang gembala
dalam jemaat itu untuk menolong anggota
jemaatnya tersebut agar ia kembali pada jalan yang
benar dan boleh hidup lebih baik setelah melepaskan
dendamnya. Dalam hal pelayan pastoral yang
dilakukan oleh Jemaat Homebase terhadap anggota jemaatnya yang memiliki permasalah dalam hidupnya, dan boleh dikata
mereka adalah seorang anak yang masih sangat membutuhkan pendampingan dari
orang tua, menurut pengakuan dari salah satu
majelis Jemaat yang merupakan Ketua majelis mengatakan bahwa mereka telah dan
masih sementara melakukan pelayanan pastoral terhadap anggota jemaatnya. dimana
dalam hal ini, pelayanan pastoral yang sudah dan masih sementara dilakukan itu
dilaksanakan dengan cara melakukan perkunjungan terhadap jemaat tersebut dan memberikan
pemahaman-pemahaman yang akan dengan mudah dipahami,
juga memberikan penyemangat bagi mereka dalam menjalani kehidupan selanjutnya. Selain daripada itu, pelayanan pastoral juga
dilakukan secara tidak langsung dimana hal ini dilakukan dalam proses
pemberitaan firman. Dalam menyampaikan Firman (Khotbah) dalam suatu ibadah
majelis gereja menyepakati untuk memasukkan sedikit demi sedikit pengetahuan
mengenai hal tentang akar pahit
di kehidupan orang percaya. Dengan cara ini,
secara tidak langsung mereka memberikan pembelajaran dan pembinaan bahwa ketika kita menyimpan dendam atau memupuk akar pahit
itu dala hidup kita itu bukan akan merugikan orang lain melainkan akan
merugikan diri kita sendiri.
BAB IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan landasan teori yang
telah dibangun tentang pelayanan pastoral bagi kaum yang memiliki akar pahit dalam hidupnya
dan juga berdasarkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat
disimpulkan bahwa gereja Toraja Jemaat Sion
Homebase Mappedeceng telah melakukan pelayanan pastoral
terhadap anggota jemaatnya yang memiliki
masalah terhadap akar pahit yang mereka alami sehingga mengganggu rutinitas
kehidupan mereka.
B.
Saran
Dalam
pembuatan makalah ini, tidak terlepas dari ketidaksempurnaan atau masih
sangat jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu
saran yang sifatnya membangun dari semua pihak, sangat di
butuhkan demi kelengkapan makalah
penelitian tersebut.
Daftar Pustaka
Imelda Marcos
Simbolon,
Mangiring Tua Togatorop, Daniel Ginting, Eko Prasetyo; “Implementasi Terapi Kognitif Terhadap Kepahitan
Berdasarkan Efesus 4:31-32”;
jurnal Teologi dan Pendidikan agama Kristen, Vol 4 no.2 (September 2019); 67
Hesky C. Opit; “HATI YANG TERLUKA:
PASTORAL KONSELING BAGI ORANG YANG MENGALAMI KEPAHITAN ATAU LUKA BATIN” ; POIMEN : Jurnal
Pastoral Konseling, Vol 1 No.2 (Desember 2020); 54
https://m.c3i.sabda.org/akar-pahit diunggah pada tanggal 2 Mei, 21.02
http://maryamkurniawati.blogspot.com/2011/10/konseling-pastoral-bagi-orang-yang.html?m=1 diunggah pada 02 Mei 2020, 21.46
[1] Imelda Marcos Simbolon, Mangiring Tua Togatorop, Daniel Ginting, Eko Prasetyo; “Implementasi Terapi Kognitif Terhadap Kepahitan
Berdasarkan Efesus 4:31-32”;
jurnal Teologi dan Pendidikan agama Kristen, Vol 4 no.2 (September 2019); 67
[2] Hesky C. Opit; “HATI YANG TERLUKA: PASTORAL KONSELING BAGI ORANG YANG MENGALAMI
KEPAHITAN ATAU LUKA BATIN” ; POIMEN : Jurnal Pastoral Konseling, Vol 1 No.2 (Desember
2020); 54
[3]https://m.c3i.sabda.org/akar-pahit diunggah pada tanggal 2 Mei, 21.02
[4]Ibid 56-58
[5]http://maryamkurniawati.blogspot.com/2011/10/konseling-pastoral-bagi-orang-yang.html?m=1 diunggah pada 02 Mei 2020, 21.46