makalah pendampingan pastoral terhadap orang yang memiliki akar pahit

 

Nama : Thresia Ampulembang

Kelas : C Teologi Kristen

Nirm: 2020186252

Makalah penelitian tentang pelayanan pastoral bagi orang yang memiliki akar pahit dalam hidupnya

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar belakang

Berdasarkan kitab Efesus 4:31-32 menyembuhkan kepahitan atau luka batin merupakan sebuah hal atau sebuah Langkah yang benar dan sangat diperlukan dalam upaya penyembuhan atau pemulihan dari rasa pahit yang mendalam. Orang-orang yang telah mengalami atau memiliki luka batin dalam hidup, mereka seharusnya terbuka akan hal itu kepada orang-orang disekitarnya bahwa akibat dari kepahitan atau luka batin yang mereka pendam mereka merasa tersiksa akan hal itu. Ketika kita menyimpan kepahitan dalam hidup kita, itu bukan membawa hal baik bagi kita melainkan sebaliknya, ketika kita menyimpan hal pahit itu dalam hidup kita maka kita akan mendapatkan kerugian besar dalam hidup kita. kepahitan yang kita pendam dalam hidup kita bukan hanya akan menyebabkan penyakit terhadap rohani kita saja namun juga akan menimbulkan penyakit secara jasmani. Terkadang ketika kita memendam kepahitan atau luka batin dalam diri kita, itu akan menjadi sebuah boomerang bukan hanya bagi diri kita melainkan berakibat bagi orang lain juga. Terkadang orang yang menyimpan kepahitan menjadi sangat sensitif terhadap orang lain sehingga terkadang menimbulkan sebuah perkara yang baru.

Di dalam alkitab kita dapat menemukan penjelasan mengenai kepahitan khususnya dalam surat Paulus kepada jemaat di Efesus. Paulus mengatakan bahwa menyimpan luka atau kepahitan dalam diri kita atau bahkan dalam hidup kita merupakan hal yang tidak sepatutnya dilakukan oleh orang-orang Kristen karena kita merupakan orang yang telah menjadi manusia baru dan telah dibaharui oleh Kristus. Ketika kita masih menyimpan luka dalam diri kita, maka kita masih merupakan manusia lama yang belum dibaharui maka dari itu sebagai orang yang telah dibaharui kita harus melepas segala luka batin atau kepahitan dalam diri kita, agar tidak menjadi batu sandungan dalam hidup kita sebagai orang yang percaya. [1]

Kepahitan atau luka batin merupakan sebuah sikap yang tidak melambangkan sifat seorang Kristen maka dari itu sifat ini harus dijauhkan dari kehidupan orang-orang Kristen. Akar pahit atau luka batin yang dialami seseorang merupakan sebuah akibat dari pengalaman masa lalu atau hal-hal yang membuat orang kecewa besar di masa lampaunya sehingga orang yang memiliki akar pahit ini memiliki rasa sakit hati yang mendalam sehingga menimbulkan akar pahit dalam diri orang itu.

Akar pahit ini atau luka batin dapat kita lihat dari sebuah kebencian atau dendam seseorang yang sudah sangat mendalam di dirinya. Akar pahit ataau yang biasa dipahami sebagai luka batin  merupakan sebuah hal besar dalam kehidupan yang dapat dialami oleh setiap orang. Hal ini merupakan sebuah hal yang akan sangat mengganggu dalam kehidupan dan akan menjadi penghalang untung mendapatkan kehidupan yang baik. [2]

 

 

B.     Latar Belakang

1.      Apa pengertian akar pahit?

2.      Apakah faktor penyebab akar pahit?

3.      Bagaimana proses pendampingan pastoral  akar pahit?

C.    Tujuan

Tujuan dari makalah ini yaitu bagaimana kita bisa mengetahui apa akar pahit itu dan juga bagaimana kita bisa memahami pendampingan pastoral yang baik bagi orang yang memiliki akar pahit dalam kehiduapnnya.

 

BAB II

PEMBAHASAN

A.    Akar Pahit / Luka Batin

Di dalam Alkitab kepahitan dikenal sebagai racun rohani. Kepahitan dalam diri seseorang merupakan sumber munculnya masalah pada fisik dan rohani seseorang yang jika dihitung mungkin akan ditemukan dalam jutaan bahkan mungkin tidak dapat terhitung dalam jiwa manusia sekarang ini. Di dalam Alkitab dikatakan bahwa telah banyak orang yang diperdaya oleh rupa-rupa kepahitan. Kepahitan terkadang menjadi suatu hal yang sulit untuk dikenali karena kepahitan atau akar pahit ini merupakan suatu hal yang tidak terlihat. Banyak dari orang yang mengatakan bahwa mereka tidak pernah membenci atau mereka bukanlah pendendam, namun harus kita ketahui bahwa akar pahit bukanlah menyangkut hal demikian. Banyak hal yang tidak dapat dilihat secara lahiriah, tetapi dapat menetap didalam diri seseorang dan kepahitan itu merupakan sebuah akar yang ada pada diri seseorang.

Kepahitan merupakan sebuah akar, maka dari itu akar pahit ini akan sangat sulit kita dapati tidak seperti masalah-masalah yang lainnya. Namun akar pahit ini bisa dikata dia adalah sebuah racun yang mematikan, yang tinggal dalam diri orang yang memilikinya. Dan apabila kita membiarkan akar pahit ini terus bertumbuh dalam diri kita, maka akar ini akan menimbulkan sebuah masalah yang besar, dimana akan mengakibatkan seseorang menjadi lebih sensitive bahkan juga menjadi orang yang mudah tersinggung. Sifat alami emosi dan perasaan yang selalu berubah-ubah merupakan sesuatu yang tidak selalu dapat dipahami secara lahiriah. Jika dalam diri seseorang ada akar pahit, maka kepahitan itu haruslah dipotong sampai kepada akarnya dan haruslah dibuang dari jiwa seseorang. Ketika kita ingin lepas dari akar pahit ini maka kita harus memutuskan untuk membuang semua luka yang mengakibatkan munculnya akar pahit dalam diri kita.

Dalam hidup setiap manusia tidak akan pernah terluput dari yang Namanya konflik dan penderitaan. Terkadang kita sebagai manusia biasa akan menghadapi konflik yang ringan bahkan kita akan mengalami konflik yang berat dalam perjalanan hidup. Konfik yang berat ini merupakan pemicu timbulnya atau munculnya akar pahit atau trauma dalam kehidupan seseorang. Orang-orang yang memiliki akar pahit dalam hidup mereka cenderung menjadi seseorang yang akan sangat sulit membangun hubungan yang baik terhadap lingkungan sekitarnya, bahkan akar pahit ini juga dapat membuat orang menjadi ingin selalu sendiri, mereka akan merasa nyaman ketika berada pada posisi sepi. [3]

 

 

B.     Faktor penyebab akar pahit

Allah merupakan pencipta yang menciptakan segala sesuatu itu baik, maka dari itu dijelaskan bahwa manusia bukan diciptakan bukan karena adanya luka batin. Manusia diciptakan bukan hanya daging melainkan Allah menciptakan manusia dengan roh. Ketika dikatakan manusia maka mereka memiliki daging dan jiwa. Luka batin atau akar pahit itu menyerang bagian jiwa dalam diri manusia. Adapun beberapa faktor penyebab luka batin :

·         Masa dalam kandungan

Ketika seorang ibu sedang mengandung maka ia memiliki ikatan yang sangat kuat dengan bayinya, apapun yang dilakukan ibunya atau apapun yang dikonsumsi oleh sang ibu maka itu akan menjadi asupan bagi sang bayi. Jadi seorang anak yang berada dalam kandungan akan dapat merasakan penolakan atau bagaimana dia diterima oleh orang-orang dari sekitarnya. Maka dari itu ketika sang bayi merasakan penolakan itulah yang akan menyebabkan luka batin baginya.

·         Masa kelahiran

Walaupun saat kelahiran merupakan saat-saat yang singkat tetapi itu bukan suatu hal yang dapat menghilangkan luka batin atau pada masa singkat itu pun tidak akan luput dari luka batin. Ketika dalam proses kelahiran ada proses yang sulit hal itu dapat menjadikan anak menjadi kurang percaya diri dan terkadang menjadi anak yang selalu merasa bersalah. Atau bahkan anak yang lahirnya premature, itu akan menjadikan anak merasa minder, merasa harus selalu bergantung pada orang lain dan bahkan anak akan merasa tidak berdaya.

·         Masa bayi

Ketika anak masih terlampau kecil atau masih bayi dan orang tua malah sibuk dengan kegiatan masing-masing kemudian menitipkan bayi pada pengasuh atau pada orang lain, hal ini akan cenderung mengakibatkan anak akan selalu mencari perhatian dari orang lain, karena dari mereka kecil sudah tidak terlalu diperhatikan sehingga mereka akan mencari kekurangan itu pada diri orang lain, pada masa ini akan sangat mudah bagi kita untuk melihat luka yang diakibatkan oleh hal tersebut.

·         Masa kanak-kanak

Masa kanak-kanak merupakan masa yang rentan bagi seseorang untuk mendapatkan luka batin atau kepahitan dalam hidupnya. Pada masa ini seseorang akan mudah trauma terhadap sesuatu hal yang dialami. Sehingga itu bisa menjadi sebuah akar pahit baginya dan terkadang hal ini akan berlangsung pada waktu yang lama

·         Masa remaja/masa dewasa

Masa remaja/dewasa pun menjadi masa yang dapat menjadi akar dari luka batin. Contohnya ketika seseorang mengalami pemerkosaan itu akan menjadi akar pahit dalam dirinya, bahkan ada Sebagian orang yang karena sudah tidak dapat berfikir jernih dan sudah bingung untuk melepaskan akar pahit ini sehingga lebih memilih untuk bunuh diri. [4]

 

C.    Proses pendampingan pastoral

Pendampingan pastoral merupakan suatu jawaban atau suatu hal yang dapat membantu seseorang untuk mengalami kesembuhan, topangan, bimbingan dan pendamaian terhadap segala pergumulan yang ia hadapi. Pendampingan pastoral merupakan sebuah hal yang sangat dibutuhkan oleh orang-orang yang memiliki akar pahit agar bisa mengalami  kesembuhan dan menghilangkan akar pahit dalam diri mereka.

Adapun proses pendampingan yang dapat kita lakukan bagi orang yang mengalami akar pahit yaitu :

·         Bagaimana kita tetap bersikap dan menjaga kontak mata dengan,sehigga orang yang kita damping mengetahui bahwa kita sedang berusaha memahami dunia batinnya

·         Kita meminta kepada konseli untuk berbicara tentang soal yg penting dengan pertanyaan terbuka dengan komentar yang singkat atau ddengan isyarat badan

·         Dalam mendampingi kita harus mendengarkan dan mengamati dengan hati-hati pesan non verbal yang disampaikan oleh klien

·         Mengikuti jalan cerita yang diceritakan klien.sehingga dapat mengetahui bahwa kita sedang memahami dunia batinnya

·         Memberikan tanggapan empatik dari perasaan dan dan masalah yang penting dan apa maknanya bagi konseli

·         Memahami makna,persoalan yang dialami oleh klien

·         Memberikan pemahaman yang positif terhadap konseli [5]

D.    Akibat dari akar pahit

            Jika sseseorang memiliki akar pahit dalam hidupnya maka akan menimbulkan berbagai macam penyakit bagi dirinya. Di dalam kitabAmsal 17:22 dikatakan bahwa hati yang gembira adalah obat yang manjur, tetapi semangat yagng patah mengeringkan tulang. Artinya membuat wajah tidak berseri-seri , merasakan bahwa tidak adalagi pengharapan yang bisa diraih.

            Secara rohani ketika seseorang memiliki akar pahit dalam dirinyaa itu akan menimbulkan atau menyebabkan seseorang akan susah untuk berdoa kepada Tuhan. Orang-orang yang mengalami kepahitan tidak akan mengasihi Tuhan dengan sungguh-sungguh dalam hati mereka, dan terkadang mereka akan sulit untuk mengerti dan memahami bahwa diri mereka itu merupakan suatu yang berharga. Hal-hal inilah yang akan mengakibatkan rencana-rencana Tuhan tidak akan terjadi dalam hidup mereka secara sempurna. Terkadang mereka sudah sangat terlarut atau tenggelam dalam kepahitan mereka sehingga mereka sudah tidak melihat lagi hal-hal baik dan unik yang sedang tuhan kerjakan bagi mereka.

            Saking terlarutnya dengan kepahitan yang mereka alami sehingga mereka terkadang sudah tidak menerima jalan kehidupan mereka bahkan mereka sudah tidal lagi mengucap syukur dalam kehidupan mereka, orang yang mengalami kepahitan akan cenderung merasa kehilangan pengharapan dalamya hidup mereka. Hilangnya pengharapan mereka diakibatkan karena tekanan, depresi, rasa trauma dan ketika mereka tidak dapat lagi mengendalikan diri ketika menghadapi kepahitan dalam hisup mereka[6]

 BAB III

Hasil Penelitian

Penelitian tentang pelayanan Pastoral terhadap kaum yang memiliki akar pahit ini dilakukan di sebuah Gereja Toraja khususnya di sebuah desa di Masamba. Adapun jemaat ini terdiri dari 96 KK , dan 10 Majelis gereja serta dipimpin oleh satu Pendeta. Adapun yang menjadi subjek dalam penelitian tersebut ialah jemaat yang memiliki pengalaman buruk sehingga menimbulkan akar pahit dalam dirinya dan menjadi sebuah trauma bagi dia.Oraang yang memiliki akar pahit ini merupakan pemuda di jemaat itu, dia adalah seorang mahasiswa di sebuah perguruan tinggi yang memiliki seorang adik, dan mereka hanya hidup beersama seorang nenek karena orang tua mereka yang bercerai.

Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara yang dilakukan dengan beberapa masyarakat yang berada dilingkungan dimana pemuda ini tinggal, di ketahui bahwa pada awalnya masyarakat setempat bahkan anggota Jemaat tidak mengetahui dan menyadari bahwa dia memiliki pengalam buruk sehingga dia menyimpan akar pahit dalam dirinya. Hal ini disebabkan oleh karena tidak adanya keterbukaan dari pemuda initerhadap lingkungannya. Selain daripada itu pola kehidupan atau pola sosialisasi mereka juga berlangsung seperti masyarakat yang lainnya sehingga, masyarakat setempat tidak menyadari bahwa pemuda inimemiliki sebuah   problem yang besar.

Adapun pemuda tersebut diketahui bahwa ia merupakan seorang yang memiliki akar pahit pada saat beberapa masyarakat setempat, dimana masyarakat tersebut adalah orang-orang yang rumahnya berdekatan yang berkumpul hanya sekedar untuk minum-minum saja. Lokasi mereka berkumpul juga tidak berjauhan dari rumah pemuda ini.  Dari beberapa masyarakat yang berkumpul pada saat itu terdapat juga seorang anak remaja yang berinisial L  yang duduk di bangku SMP yang mana merupakan adik sepupu sang pemuda, yang ikut dalam perkumpulan tersebut. Anak Remaja yang berjenis kelamin laki-laki inilah yang pada awalnya menceritakan atau membongkar bahwa ada hal aneh yang ia dengar dari seorang pemuda ini, dimana dia mengatakan bahwa pemuda ini terkadang berteriak sekencang-kencangnya ketika berada di tempat yang sepi, bahkan ia mengatakan bahwa dia pernah melihat pemuda itu hampir saja melakukan Tindakan bunuh diri tetapi dia masih belum berani mengatakannya kepada orang lain.  Dalam keadaan mabuk anak remaja tersebut menceritakan kepada orang-orang yang ada pada saat itu tentang apa yang dilakukan sang kakak ketika sedang dalam suasan hati yang buruk dan kembali mengingat pertengkaran orang tuanya yang sangat membekas. Berdasarkan cerita dan pengakuan dari L ini, dikethui bahwa L sudah sering memperingatkan sang kakak tetapi selalu saja tidak berhasil. Diketahui bahwa ternyata sang kakak pernah mengalami masa sulit dimana sang kaka melihat orang tua yang bertengkar ketika ia  masih berumur belia,sehingga ketika ia mengingat hal itu, dia menjadi trauma dan selalu berteriak sekencang-kencangnya untuk melampiaskan emosinya. L mengaku bahwa alasan mereka tinggal bersama neneknya itu karena orang tua L yang pergi merantau dan orang tua kakaknya yang sudah bercerai dan sudah tidak pernah memberikan kabar kepada keluarga dan meninggalkan kakaknya tinggal bersama dengan nenek mereka yang sudah sangat tua. Dengan adanya kejadian tersebut, berita tentang permasalahan yang dipendam oleh kakak L menjadi tersebar di kalangan masyarakat dan membuat sang kakak mejadi orang yang tertutup.dan pada akhirnya para majelis pun juga mengetahui permasalahn itu.Adapun tindakan yang diambil oleh Majelis Jemaat pada saat itu ialah mencari kebenaran akan informasi tersebut, dimana mereka mengunjungi pemuda itu dan juga adiknya dan nenek mereka dan menanyakan langsung mengenai hal tersebut. setelah mereka mendapatkan informasi yang jelas, mereka (Majelis Gereja) langsung mengadakan pertemuan dan membicarakan hal tersebut. Melalui kesepakatan bersama mereka lalu mengunjungi pemuda dan adiknya tersebut dan melakukan pelayanan pastoral terhadap orang itu dengan alasan bahwa jangan sampai hal tersebut menjadi batu sandungan dalam diri sang pemuda dan akan menimbulkan hal-hal yang tidak dikehendaki. Hal ini, diterima dengan baik oleh pemuda itu, bahkan dengan sendirinya ia meminta untuk dibantu melepaskan akar pahit yang dialaminya.

Dengan demikian maka dapat dilihat bahwa seorang yang memiliki akar pahit dalam dirinya mau dibimbing dan ditolong agar ia dapat meninggalkan hal yang membuat dia menderita tersebut. Dimana dalam hal ini dapat dilihat dari cara ia menerima pelayanan yang dilakukan oleh Majelis Gereja terhadap dirinya bahkan, ia mengatakan bahwa dirinya sangat besyukur karena gereja ternyata tidak tinggal diam akan masalah yang dihadapinya, melainkan gereja mau terlibat dan menolong dirinya dalam menghadapi masalah tersebut. Pemuda ini menyadari bahwa  menyimpan dendam itu merupakan suatu perbuatan yang tidak dikehendaki oleh Allah, dan gereja mestinya terlibat di dalam mengatasi perilaku tersebut yang seharusnya tidak dilakukan. Namun, dari pendapatnya, tentang memendam akar pahit itu sangat berbeda dengan apa yang dilakukannya. Dimana dalam hal ini, ia menyadari bahwa menyimpan akar pahit itu merupakan suatu perbuatan yang salah namun ia tetap juga melakukannya dengan

alasan bahwa ia tidak dapat melampiaskan atau tidak memiliki orang yang dekat dengannya untuk menceritakan semua masalahnyaMenyimpan atau memendam akar pahit dalam diri kita apalagi kita sebagai orang yang telah dibaharui oleh kristus merupakan sebuah hal yang salah, dalam hal ini dapat dikatakan bahwa perilaku tersebut merupkan suatu perilaku yang menimbulkan ketidak percayaan kita terhadap pertolongan Tuhan. Jika kita melihat dalam Alkitab  di dalam “Efesus 4 :31-32Paulus mengatakan bahwa menyimpan kepahitan bukanlah sifat dari dari seorang manusia baru yang telah dibaharui dalam Kristus, tetapi itu adalah sifat dan sikap dari manusia lama, oleh karenanya harus dibuang diantara orang Kristen. Jika dilihat dari teori Abineno, dimana ia mengatakan bahwa pelayanan pastoral itu merupakan suatu pelayanan pemeliharaan jiwa yang dilakukan melalui penggembalaan dalam konseling pastoral, maka orang-orang yang memiliki akar pahit atau sering dikatakan sebagai luka batin juga semestinya mendapatkan pelayanan tersebut. akan tetapi pelayanan pastoral yang dilakukan tidak dapat dilakukan dengan memaksakan pelayanan terhadap seseorang tanpa adanya kemauan atau persetujuan dari konseli untuk mendapatkan pelayanan pastoral.

Jika melihat ketersediaan dari pemuda ini untuk menerima pelayanan Pastoral, maka hal ini menjadi peluang bagi seorang gembala dalam jemaat itu untuk menolong anggota jemaatnya tersebut agar ia kembali pada jalan yang benar dan boleh hidup lebih baik setelah melepaskan dendamnya. Dalam hal pelayan pastoral yang dilakukan oleh Jemaat Homebase  terhadap anggota jemaatnya yang memiliki permasalah dalam hidupnya, dan boleh dikata mereka adalah seorang anak yang masih sangat membutuhkan pendampingan dari orang tua, menurut pengakuan dari salah satu majelis Jemaat yang merupakan Ketua majelis mengatakan bahwa mereka telah dan masih sementara melakukan pelayanan pastoral terhadap anggota jemaatnya. dimana dalam hal ini, pelayanan pastoral yang sudah dan masih sementara dilakukan itu dilaksanakan dengan cara melakukan perkunjungan terhadap jemaat tersebut dan memberikan pemahaman-pemahaman yang akan dengan mudah dipahami, juga memberikan penyemangat bagi mereka dalam menjalani kehidupan selanjutnya.  Selain daripada itu, pelayanan pastoral juga dilakukan secara tidak langsung dimana hal ini dilakukan dalam proses pemberitaan firman. Dalam menyampaikan Firman (Khotbah) dalam suatu ibadah majelis gereja menyepakati untuk memasukkan sedikit demi sedikit pengetahuan mengenai hal tentang akar pahit di kehidupan orang percaya. Dengan cara ini, secara tidak langsung mereka memberikan pembelajaran dan pembinaan bahwa ketika kita menyimpan dendam atau memupuk akar pahit itu dala hidup kita itu bukan akan merugikan orang lain melainkan akan merugikan diri kita sendiri.

 

BAB  IV

PENUTUP

A.    Kesimpulan

Berdasarkan landasan teori yang telah dibangun tentang  pelayanan  pastoral bagi kaum yang memiliki akar pahit dalam hidupnya dan juga berdasarkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa gereja Toraja Jemaat Sion Homebase Mappedeceng telah melakukan pelayanan pastoral terhadap anggota jemaatnya yang memiliki masalah terhadap akar pahit yang mereka alami sehingga mengganggu rutinitas kehidupan mereka.

B.     Saran

Dalam  pembuatan makalah ini, tidak terlepas dari ketidaksempurnaan atau masih sangat jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu  saran yang sifatnya membangun dari semua pihak,  sangat di butuhkan demi kelengkapan  makalah penelitian tersebut.

 

Daftar Pustaka

Imelda Marcos Simbolon, Mangiring Tua Togatorop, Daniel Ginting, Eko Prasetyo; “Implementasi Terapi Kognitif Terhadap Kepahitan Berdasarkan Efesus 4:31-32”; jurnal Teologi dan Pendidikan agama Kristen, Vol 4 no.2 (September 2019); 67

 

Hesky C. Opit; “HATI YANG TERLUKA: PASTORAL KONSELING BAGI ORANG YANG MENGALAMI KEPAHITAN ATAU LUKA BATIN” ; POIMEN : Jurnal Pastoral Konseling, Vol 1 No.2 (Desember 2020); 54

 

https://m.c3i.sabda.org/akar-pahit diunggah pada tanggal 2 Mei, 21.02

http://maryamkurniawati.blogspot.com/2011/10/konseling-pastoral-bagi-orang-yang.html?m=1 diunggah pada 02 Mei 2020, 21.46

 



[1] Imelda Marcos Simbolon, Mangiring Tua Togatorop, Daniel Ginting, Eko Prasetyo; “Implementasi Terapi Kognitif Terhadap Kepahitan Berdasarkan Efesus 4:31-32”; jurnal Teologi dan Pendidikan agama Kristen, Vol 4 no.2 (September 2019); 67

[2] Hesky C. Opit; “HATI YANG TERLUKA: PASTORAL KONSELING BAGI ORANG YANG MENGALAMI KEPAHITAN ATAU LUKA BATIN” ; POIMEN : Jurnal Pastoral Konseling, Vol 1 No.2 (Desember 2020); 54

 

 

 

 

[3]https://m.c3i.sabda.org/akar-pahit diunggah pada tanggal 2 Mei, 21.02

[4]Ibid 56-58

[6]Ibid 71

 

 

 

Postingan populer dari blog ini

resensi buku Teologi PB 1